Wisata Religi Populer Makam Gus Dur: Tempat Berkumpulnya Peziarah

 

Kalau kamu pernah berpikir wisata itu hanya seputar pantai indah atau gunung-ganang, maka mungkin saatnya mengganti pandanganmu. Sebab, ada satu tempat yang menjadi jujukan peziarah dari berbagai penjuru Indonesia, dan tempat ini adalah makam Presiden RI ke-4, KH Abdurrahman Wahid, yang akrab disapa Gus Dur. Makam ini terletak di kompleks Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur, dan seolah menjadi medan magnet bagi peziarah.

Wisata religi di kawasan Pondok Pesantren Tebuireng telah menjadi salah satu ikon wisata religi di Jawa Timur. Ini tidak mengherankan, mengingat Jawa Timur merupakan basis Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia. Di kawasan ini, makam Gus Dur bersama dengan dua tokoh ulama terkemuka dan pahlawan nasional, yaitu KH. Hasyim Asy’ari dan KH Wahid Hasyim, menjadi pusat tujuan peziarah yang semakin populer setelah dimakamkannya Presiden RI ke-5, Gus Dur.

Wisata ziarah ini tidak hanya diperuntukkan bagi umat Islam, tetapi juga menyambut wisatawan dari berbagai latar belakang agama. Hal ini sejalan dengan pesan perdamaian dan keberagaman yang diwakili oleh Gus Dur dalam kisah hidupnya.

Penelitian telah dilakukan untuk menjelajahi dan mengidentifikasi fenomena wisata ziarah di makam Gus Dur ini. Tujuannya tidak hanya untuk memberikan referensi akademis, tetapi juga untuk mengelola kompleks Pesantren Tebuireng dan aset-aset kebangsaan yang dimakamkan di dalamnya. Di masa depan, harapannya adalah bahwa ziarah ke makam Gus Dur dan para ulama NU di area ini akan menjadi ikon destinasi wisata religi di seluruh Indonesia.

Makam Gus Dur telah menjadi tempat yang sangat populer sejak 31 Desember 2009. Sebelumnya, kompleks makam ini sudah menjadi tempat peristirahatan abadi bagi dua pahlawan nasional, KH Hasyim Asy’ari dan KH Abdul Wahid Hasyim. Namun, sejak Gus Dur dimakamkan di sana, jumlah peziarah terus meningkat dengan pesat.


Ketika memasuki area makam Gus Dur, peziarah akan menemui lorong panjang yang dikelilingi oleh puluhan pedagang oleh-oleh. Dahulu, lorong ini adalah tempat tinggal para santri, tetapi sekarang menjadi jalan menuju makam Gus Dur.

Di kompleks makam Gus Dur, terdapat sekitar 45 makam, termasuk makam pendiri Pesantren Tebuireng, pengasuh pondok, anggota keluarga, dan lainnya. Makam Gus Dur sendiri terletak di sudut utara dan ditandai oleh batu nisan yang unik dengan tulisan "di sini berbaring seorang pejuang kemanusiaan" dalam empat bahasa: Indonesia, Arab, Inggris, dan China.

Kawasan makam Gus Dur dibuka dalam dua sesi, yang mencakup sebagian besar hari. Jumlah peziarah tak terhitung, dengan ribuan orang datang setiap hari. Jika sudah memasuki akhir pekan atau musim liburan, jumlahnya bisa mencapai puluhan ribu per hari.

Makam Gus Dur dikelola oleh Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LSPT) yang menggunakan hasil infaq dari peziarah untuk program-program sosial dan pendidikan. Dengan ini, makam Gus Dur menjadi tempat yang tidak hanya memiliki makna spiritual tetapi juga memberikan manfaat sosial bagi masyarakat.

Pemerintah telah berinvestasi dalam pengembangan kawasan makam Gus Dur, dengan pembangunan Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asyari dan fasilitas parkir. Rencananya, sentra pedagang kaki lima  dibangun di sebelah barat. Makam Gus Dur bukan hanya tempat berdoa, tetapi juga menjadi pusat keberagaman dan pesan perdamaian yang hidup.



0 Komentar