Bolet merupakan seniman ludruk tradisional asal Jombang yang sangat berpengaruh dan dikenal sebagai sosok serba bisa, tak hanya sebagai pemain, tetapi juga pencipta karya seni. Salah satu ciptaan monumentalnya adalah tari remo gaya Jombangan, yang hingga kini menjadi ciri khas tersendiri dalam dunia ludruk.
Dalam tradisi ludruk dikenal dua gaya utama tari remo: gaya Suroboyoan dan gaya Jombangan. Gaya Suroboyoan diciptakan oleh Munali Fatah, sedangkan gaya Jombangan adalah hasil kreasi Bolet. Meskipun sempat muncul gaya Mojokertoan yang dikenalkan oleh Ali Markasa, gaya ini tetap dianggap banyak terpengaruh oleh gaya Jombangan ciptaan Bolet, sebagaimana dijelaskan oleh Drs. Eko Edy Susanto, M.Si, seorang pemerhati ludruk yang menulis tesis tentang kesenian ini.
Ciri khas tari remo gaya Jombangan ciptaan Bolet terletak pada gerakannya yang santai, sederhana, tetapi penuh kejutan dan kelucuan, membuat penonton tersenyum atau mesem. Keunikan lainnya adalah penggunaan selendang warna hijau dan merah (ijo dan abang), yang oleh masyarakat dianggap sebagai singkatan dari Jom-bang, simbol identitas daerah asal tarian ini.
Selain Bolet, nama-nama lain dari Jombang yang turut mendedikasikan hidupnya untuk kesenian ludruk adalah Ali Markasa, Santik (dikenal dengan ngamen lerok), dan Markeso (terkenal dengan ludruk garingannya). Namun, Bolet tetap menempati posisi istimewa karena kontribusinya yang besar.
Bolet meninggal pada 15 Agustus 1976 di usia yang relatif muda, yakni 34 tahun. Namun sebelum wafat, ia sudah memberikan kontribusi besar pada dunia kesenian Jawa Timur. Sebelum tahun 1965, ia sempat menjadi anggota Ludruk “Gaya Baru”. Setelah 1968, ia aktif sebagai pelawak dan penari Ngremo bebas. Prestasinya pun tak sedikit—pada tahun 1970 ia meraih Juara III lomba tari Ngremo tingkat Kabupaten Jombang dan berhasil menjadi Juara I tingkat Jawa Timur pada 1971.
Karyanya dianggap sangat berharga dan berpengaruh, sehingga pada suatu kesempatan, almarhum diusulkan untuk mendapatkan penghargaan dari Gubernur Jawa Timur, sebagaimana disampaikan oleh Drs. H.M. Arifin, M.M., mantan Kepala Kantor Parbupora.
Jejak seni Bolet terus dilanjutkan oleh generasi penerus. Hal ini terlihat dalam Lomba Tari Ngremo se-Jawa Timur pada tahun 2004, di mana delapan penari dari ludruk Jombang masuk 10 besar. Bahkan, bintang tamu dalam acara tersebut juga berasal dari Jombang, yaitu Ali Markasa, menunjukkan bahwa warisan seni dari Bolet masih terus hidup dan berkembang.
0 Komentar