Misteri Gunung Pucangan Ngusikan Jombang

Misteri Gunung Pucangan Ngusikan Jombang: Sejarah dan Kepercayaan Mistis yang Menyelimuti

Gunung Pucangan, terletak di desa Cupak, Kecamatan Ngusikan, Kabupaten Jombang, ternyata memiliki cerita mistis dan sejarah yang belum banyak diketahui oleh orang banyak. Salah satu misteri yang mencolok adalah keberadaan 2 makam di antara 13 makam, yang diyakini sebagai makam orang-orang sakti, yakni Eyang Sakti dan Dewi Kili Suci.


 Purwanto, juru kunci makam ini, menjelaskan bahwa Dewi Kilisuci adalah putri dari Raja Airlangga dari Kerajaan Kediri. Kisahnya bermula ketika Dewi Kilisuci memutuskan untuk meninggalkan kerajaan karena menolak menjadi Ratu Kediri, sesuai dengan keinginan sang Raja. Dewi Kilisuci memutuskan untuk melakukan perjalanan pengasingan dan akhirnya bertemu dengan pembabat alas atau sesepuh Gunung Pucangan. Dia dan dayang-dayangnya kemudian tinggal di padepokan tersebut hingga akhir hayat.

Dewi Kilisuci menolak menjadi Ratu Kediri karena memiliki prinsip yang kuat, yaitu bahwa dia akan menerima takhtanya hanya jika rakyatnya sudah sejahtera. Menurutnya, rakyat harus kenyang terlebih dahulu sebelum dia mau menjadi pemimpin.

Selain itu, Purwanto juga memberikan klarifikasi mengenai cerita yang sudah beredar luas tentang "Maling Celuring." Menurutnya, sebenarnya "Maling Celuring" adalah sebutan untuk "Eyang Sakti." Eyang Sakti adalah seorang tokoh sakti yang dikenal karena keramahan dan kebaikannya, bukan seorang pencuri. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa julukan ini tidak mencerminkan karakter sesungguhnya dari tokoh tersebut.

Kirap Pusaka dan Kirap Budaya Desa Cupak Ngusikan

Desa Cupak Ngusikan, sebuah permata tersembunyi di pedalaman Indonesia, adalah rumah bagi beragam warisan budaya dan pusaka yang kaya. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi dua aspek yang sangat penting dalam budaya desa ini, yaitu Kirap Pusaka dan Kirap Budaya.

image : fb ahmad mambo

Kirap Pusaka: Mempertahankan Warisan Leluhur

Kirap Pusaka adalah praktik yang telah diwariskan dari generasi ke generasi di Desa Cupak Ngusikan. Ini adalah cara tradisional dalam menjaga dan merawat pusaka, termasuk alat musik tradisional, senjata, pakaian adat, dan barang-barang bersejarah lainnya. Kirap Pusaka menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini, memungkinkan masyarakat desa untuk tetap terhubung dengan akar budaya mereka.

Kirap Budaya: Menjaga Tradisi dan Kearifan Lokal

image : fb ahmad mambo

Selain Kirap Pusaka, Desa Cupak Ngusikan juga menghargai praktik Kirap Budaya, yang merupakan upaya untuk menjaga dan melestarikan tradisi dan kearifan lokal. Ini mencakup berbagai aspek budaya seperti upacara adat, tarian tradisional, bahasa daerah, dan cara hidup tradisional.

Kirap Budaya juga mencakup menjaga bahasa daerah. Bahasa adalah salah satu pilar budaya yang paling penting, dan di Desa Cupak Ngusikan, penduduk setempat berusaha keras untuk memastikan bahwa bahasa daerah mereka terus digunakan dan diajarkan kepada generasi berikutnya. Ini membantu menjaga hubungan yang erat antara generasi yang lebih tua dan generasi muda, serta memperkuat identitas budaya desa.

 

Desa Cupak Ngusikan adalah contoh yang menginspirasi tentang bagaimana Kirap Pusaka dan Kirap Budaya dapat membantu menjaga dan melestarikan warisan budaya yang kaya. Dengan usaha bersama masyarakat lokal, tradisi dan kearifan lokal terus hidup dan berkembang, memberikan inspirasi bagi generasi yang akan datang untuk menjaga dan menghormati warisan budaya mereka sendiri.

Budaya Desa Cupak Ngusikan adalah contoh nyata bagaimana kita semua dapat belajar dari masa lalu sambil menciptakan masa depan yang lebih cerah. Selamat untuk Desa Cupak Ngusikan atas komitmen mereka dalam menjaga pusaka dan budaya mereka. Semoga contoh ini menginspirasi komunitas lain untuk melakukan hal yang sama.

0 Komentar